Selasa, 26 Agustus 2008

ROMADHON : HINDARKAN HILANG PAHALA PUASA (by ATX)

ROMADHON : HINDARKAN HILANG PAHALA PUASA
H. ATHO’ al JAUHARI

Ada 3 tingkatan predikat dalam menjalankan ibadah puasa, yaitu :

1. Pertama adalah puasanya awam, yaitu menjalankan puasa tanpa makan-minum, dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa secara fisik seperti hubungan suami istri di siang hari. Sayangnya, masih menjalani kemaksiatan yang sudah lazim dilakukan seperti berbohong dan berinteraksi dengan hal-hal yang menimbulkan potensi syahwat.

2. Kedua adalah puasanya orang berilmu, yaitu menjalankan puasa tidak hanya secara fisik, tetapi menghindari dari hal-hal yang mengandung kemaksiatan yang akan berdampak hilangnya pahala puasa.

3. Ketiga adalah puasanya golongan wali Allah, yaitu puasa yang tidak sekedar fisik dan meninggalkan potensi kemasiatan tetapi mengandung kepasrahan dalam meraih ridho Allah.

Bagi yang ingin meraih manfaat puasa dan mendambakan derajad ketakwaan, paling tidak predikat kedua yang harus diupayakan. Oleh karena itu, harus berhati-hati terhadap hal-hal yang mengakibatkan terhapusnya pahala puasa.

Dalam sebuah hadist nabi, dinyatakan bahwa terdapat 5 hal yang dapat menghapus pahala puasa, yaitu :

1. Berbohong, yaitu berkata-kata yang tidak sesuai dengan kenyataan dan cenderung merugikan orang lain.

2. Menggunjing (ghibah), antara lain dalam bentuk sibuk memperbincangkan aib orang lain. Salah satu contoh bentuk ghibah adalah tayangan infotainment yang sudah akrab di acar tv.

3. Fitnah dan adudomba, yaitu kata-kata dan tindakan yang akan berdampak pada permusuhan pada kedua pihak atau lebih.

4. Melihat dengan syahwat, yaitu berinteraksi dengan lawan jenis (sejenis untuk homo/lesbi?) melalui pandangan yang dapat memunculkan nafsu syahwat. Salah satu tolok ukur munculnya nafsu syahwat adalah timbulnya gelora seksual atau ditandai (maaf) terangsangnya alat kelamin. Jalan terbaik dalam interaksi adalah menghindarkan dari hal-hal yang menimbulkan syahwat dan tidak menunggu datangnya syahwat.

5. Bersumpah palsu, yaitu bersaksi tidak sesuai kebenaran yang ada.

Semoga kita terhindar dari keburukan di mata Allah.

Sumber : Tausiah KH. YAHYA al MUTAMAKKIN, pengasuh Pesantren Madinah Munawaroh, Durian Raya Banyumanik Semarang, pada Kajian Pendalaman Nilai Islami, di Majelis AT THORIQ Banyumanik SMG, Ahad malam Senin, 24 Agustus 2008.

Tidak ada komentar: